Dedikasi Tinggi buat Suporter Persebaya
KENANGAN: Tulisan Soepangat yang pernah muncul di blog ini |
Rentang waktu ini masih kalah dengan lainnya yang sudah menembus 20 tahun lebih perkenalan mereka dengan Soepangat. Namun, selama rentang waktu itu intensitas berjumpa dengan Soepangat sangat sering.
Saya bisa seminggu tiga hingga lima kali berjumpa dengan Soepangat. Dari dia pula, saya banyak memperoleh informasi seputar sepak bola di Surabaya.
Bukan hanya soal Persebaya, tapi juga klub yang pernah menjadikan Kota Pahlawan, julukan Surabaya, sebagai home-nya. Ya, selain Green Force, julukan Persebaya, sempat ada Niac Mitra yang kemudian menjadi Mitra maupun Assayabaab Salim Group.
Soepangat mampu menceritakan kepada saya begitu detail soal ketiganya. Bukan hanya sejarak klub, nama pemain-pemainnya pun masih diingat.
Dia juga paham tentang klub-klub internal Persebaya,kini Askot PSSI Surabaya. Wajar kalau Soepangat disebut sebagai kamus hidup tentang sepak bola Surabaya.
Ada pengalaman lain yang selalu saya kenang tentang Soepangat. Pada 2005, saya mendapat tugas mengikuti Persebaya yang bertanding di ajang Liga Champions Asia di Thailand.
Ketika itu, juara Indonesia tersebut menghadapi Krung Thai Bank, Bangkok. Soepangat datang bersama dengan beberapa pengurus Persebaya termasuk Saleh Ismail Mukadar yang menjadi manajer.
Saya duduk tak jauh dari Soepangat. Dengan jiwanya sebagai penyiar yang selalu menyiarkan laga Persebaya, dia pun mengambil inisiatif meminjam HP handphone pengurus (pinggirlapangan, 21 Agustus 2011).
Dia pun menyiarkan laporan langsung tim yang saat itu ditangani Jacksen F. Tiago tersebut dari Negeri Gajah Putih, julukan Thailand. Dia menyiarkan lima menit sekali pandangan matanya Itu, terang Soepangat, menjadi laporan perdananya ke luar negeri. Ternyata, pertandingan Mursyid Effendi dkk ketika itu dipantau oleh ribuan pasang mata di Surabaya dan sekitar.
Sebenarnya, saya masih punya kesempatan berjumpa dengan Soepangat.Di akhir Oktober 2015, saya sudah ingin menemui lelaki 65 tahun tersebut.
Seorang teman pun menyarankan agar saya segera ke sana kalau mau silaturahmi dengan Soepangat. Alasannya, Soepangat mulai sakit.
Tapi, keinginan itu saya pendam dulu karena ada tugas kantor ke luar mulai 25 Oktober meninggalkan Surabaya . Setelah balik, pada 2 November 2015, saya ingin bersilaturahmi setelah lama tak berjumpa.
Dua hari kemudian, saya mengirim layanan pesan singkat (SMS) ke nomor di HP saya yang tertulis nama Supangat. Seharian tak ada jawaban.
Tapi, pada Kamis pagi (5/11/2015), SMS saya baru dijawab. Tapi, betapa kagetnya.
Isinya menyebutkan bahwa Soepangat telah meninggal dunia pada Rabu malam dan akan dimakamkan pada Kamis pukul 10.00. Penyesalan terukir di dada karena menunda pertemuan dengan sosok yang disegani di lingkungan Persebaya tersebut.
Saya pun berangkat ke rumah duka di Karanggayam. Saya ingin melepas kepergian Soepangat kali terakhir. (*)